MOLENVLIET
(JL.
HAYAM WURUK – JL. GAJAH MADA)
Molenvliet adalah kanal yang
digali pada tahun 1648 oleh Kapten Cina, Phoa Bing Am, untuk menghanyutkan kayu
bakar dan lain – lain dari daerah “dekat hutan” ( disekar bekas gedung Harmoni)
ke kota. Penggaliannya dimulai dari Harmoni dan berakhir di pos keamanan “Bantenburg”
yang letaknya kira – kira di depan Gedung Glodok sekarang.
Pada waktu itu di sekitar
lapangan Glodok terdapat banyak kincir pembuat mesiu , kertas dan lain – lain. Setelah
digalinya Molenvliet, di sepanjang kedua
tepinya, dari utara ke selatan, bermunculah gedung- gedung indah. Diantaranya gedung
Arsip Nasional sekarang. Kearah selatan lagi berdiri gedung Weeskamer ( Balai
Harta Peninggalan). Weeskamer ini tadinya juga bernama “Berendregt”,
mengingatkan orang pada nama jalan “Berendrechtlaan” (sekarang Batu ceper). Dibagian
selatan Molenvliet , sebagaimana telah disebutkan terdapat pos keamanan “
Rijswijk”. Agak dibelakang “Rijswijk”, di dekat pabrik es petojo, ada dua pos
penjagaan bernama “Apenwacht” atau “Jaga Monyet”. Rupanya inilah yang
menyebabkan daerah itu sering disebut Jaga Monyet.
Dar di pos “Rijswijk” ada
jalan menuju timur, ke arah pos “Noordwijk” di Pintu Air. Jalan ini mula – mula
disebut “Jalan menuju ke Noordwijk”, tetapi kemudian sejak pemerintahan Inggris
dinamakan “Noordwijk” saja. Sekarang jalan tersebut bernama Ir.H.Juanda. Jalan
disamping Noordwijk pada waktu itu belum dikeraskan, tetapi disepanjang tepinya
sudah banyak berdiri gedung- gedung yang bagus. Kanal yang diapit oleh jalan
Noordwijk dan Rijswijk (Jalan Veteran) digali oleh Belanda untuk menghubungkan
Molenvliet dengan kali Ciliwung. Maksudnya bukanlah untuk meningkatkan lalulintas
diatas kanal –kanal itu, melainkan untuk member kekuatan agar air kanal
Molenvliet dapat lebih deras lagi mengalir sehubungan dengan adanya kincir
Kompeni yang dijalankan oleh kekuatan air di dekat Glodok.
Pos Noordwijk sebenarnya
didirikan untuk mengawasi hewan ternak di padang rumput milik tuan tanah
Anthony Pavilijoen. Padang rumput itu dinamakan “Pavilijoenveld”, letaknya
kira- kira di Lapangan Banteng sekarang.
sumber : Jakarta Tempo Doeloe - 1989