Selasa, 15 Oktober 2013

MENARA SYAHBANDAR


Mungkin viewers bertanya kenapa saya harus membahas hal- hal sejarah yang mungkin menurut sebagian orang  membosankan? Hawa yang menyeramkan? Bukan suatu hal yang menyegarkan mata, terkini, modern?
Saya pernah merasakan hal tersebut, dan jawaban yang saya dapatkan setelah mendalami sedikit demi sedikit   dalam sejarah banyak kisah perjuangan dan memaknai hidup yang nantinya bisa di aplikasikan dalam kehidupan saya yaitu  “berjuang untuk hidup dan hargai perjuangan itu”.

Selain itu, terlintas ada keinginan saya untuk berandai –andai jika bisa hidup di zaman dulu dan merasakan berbagai kisah atau peristiwa  yang saya dengar dari guru sejarah.

Baik kita mulai saja....

MENARA SYAHBANDAR

 
“Dari sinilah kapal yang akan berlabuh diamati dan diberi tanda” Adolf Heuken

Sekilas kalimat yang menggambarkan Bangunan yang didirikan pada zaman penjajahan Belanda Tahun 1839 ini.  Berdiri di antara ramai kesibukan aktivitas  Pasar Ikan dan Pelabuhan Sunda Kelapa, Mampu mengawasi segala arah sebagaimana fungsi nya dimasa lalu sebagai pos pengamatan lalu lintas laut baik yang menuju atapun yang meninggalkan Pelabuhan Sunda Kelapa. Selain itu, menara ini juga sebagai isyarat bagi kapal-kapal yang akan berlabuh. Sebab, di bagian ujung menara terdapat bendera yang akan memberikan isyarat tertentu bagi kapal – kapal tersebut.




DARI MENARA GOYANG HINGGA MENARA MIRING

Unik memang julukan yang diberikan oleh warga sekitar. Alasan mengapa diberi julukan menara miring karena menara Syahbandar didirikan di bekas tanah rawa yang kondisinya labil sehingga makin lama membuat posisi menara menjadi miring. Mirip seperti Menara Pisa yang berdiri miring beberapa derajat dari patokan garis vertikal. Pada saat pengukuran tahun 2001, sudut kemiringan menara yang dibangun pada 1839 itu baru mencapai 2°15′54″ ke arah selatan dan 0°15′58″ ke arah barat, tapi sekarang mungkin sudah lebih miring lagi! Hal ini disebabkan oleh kondisi fondasi dan tanah yang labil. Bagaimana dengan menara goyang? Kalau dua atau tiga kontainer yang memuat alat-alat berat melewati jalan di depan menara, getarannya bakalan sangat heboh terasa oleh orang-orang yang berada di  dalam menara sehingga disebut sebagai menara goyang, unik bukan ? namun tenang saja menara masih dinyatakan aman kok untuk dikunjungi.



"Tempat ini adalah kantor pengukuran dan penimbangan

 serta di sinilah titik nol Batavia"
Menara Syahbandar, atau pada zaman Belanda disebut sebagai Uitkijk Post ini, didirikan di bekas bastion (benteng) Culemborg yang dibangun sekitar 1645 dan merupakan tembok kota Batavia. Ketika Anda memasuki menara, tepat di bawah tangga terdapat sebuah prasasti bertulisan Cina. Tulisan ini jika diartikan kira-kira berbunyi, "Tempat ini adalah kantor pengukuran dan penimbangan serta di sinilah titik nol Batavia". Nah, secara geografis, Menara Syahbandar di masa silam menjadi patokan titik 0 (Kilometer 0) Kota Jakarta. Namun, pada tahun '80-an patokan Kilometer 0 Jakarta kemudian dipindah ke Monumen Nasional (Monas).


RASAKAN SENSASINYA!
Menara syahbandar dibagi atas 3 bagian, lantai dasar sebagai pintu masuk ke menara, lantai dua berisi ruangan kosong dan lantai paling atas ini bisa jadi spot terbaik jika Anda ingin lebih merasakan suguhan pemandangan serta merasa laiknya seperti pengawas yang mengawasi lalu lintas kapal di pelabuhan. Selesai menikmati pemandangan tak ada salahnya mampir ke ruang dibawah lantai dasar yang merupakan penjara bawah tanah sebagai tempat awak kapal yang melanggar  peraturan.





“Konon, terdapat lorong bawah tanah yang bisa menembus hingga ke museum fatahillah dan lebih jauh lagi hingga masjid istiqlal”
Sebagai bekas benteng, dilantai bawah masih terdapat ruang bawah tanah untuk perlindungan dan pintu terowongan bisa tembus hingga Fatahillah (Museum Fatahillah, dulu Stadhuis) bahkan kemungkinan hingga Masjid Istiqlal karena dulu pernah ada Benteng Frederik Hendrik. Saat ini pintu menuju terowongan sudah ditutup, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Merinding mengetahuinya, betapa niatnya Belanda membuat terowongan yang begitu panjangnya, namun miris sekali bahwa itu semua dikerjakan oleh orang pribumi yang mungkin dengan paksaan namun bisa ditarik kesimpulan  dibalik penderitaan mereka sebenarnya terdapat semangat untuk merdeka dari tangan penjajah walaupun mereka (warga pribumi) tidak tahu kapan akan merdeka namun semangat juang mereka tidak pernah luntur! 
Jangan khawatir Biaya yang dikenakan untuk masuk ke menara syahbandar terbilang sangat terjangkau!
PERORANGAN
DEWASA
Rp. 2000
PELAJAR / MAHASISWA
Rp.1000
ANAK – ANAK
Rp.1000
ROMBONGAN
DEWASA
Rp.1500
PELAJAR / MAHASISWA
Rp.750
ANAK – ANAK
Rp.500

JAM OPERASIONAL
SELASA – MINGGU
09.00 – 15.00
SENIN DAN LIBUR NASIONAL
TUTUP

So, Liburan tak perlu mahal bukan?

BAGAIMANA MENCAPAI MENARA SYAHBANDAR?
Transjakarta
Naik transjakarta, lalu turun di stasiun kota, dari stasiun kota bisa naik mikrolet, bajaj, ojek, sepeda ontel atau jalan kaki
Mikrolet
Di luar stasiun kota, naik mikrolet (biru muda) dengan trayek nomor 15 atau bus mini kopami (biru tua) trayek nomor 2. Kedua transportasi ini menuju kearah menara Syahbandar, namun anda harus bilang ke sopir kearah “pasar ikan”, ongkos yang mesti dikeluarkan kira – kira 2500 per orang baik untuk wisatawan atau orang Indonesia. Waktu tempuh nya bisa 10 hingga 15 menit saja.
Sepeda ontel
Jika ingin lebih merasakan suasana masa lampau, bisa menggunakan jasa ojek sepeda ontel ini dengan ongkos 5 ribu per orang, naik dari stasiun kota, waktu tempuhnya 5 – 15 menit tergantung kondisi lalu lintas, namun harus hati – hati .
Jalan kaki
Jika dimulai dari melewati gedung Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia, belok kiri dan menyebrangi jembatan di atas kali besar. Lalu belok kanan dan telusuri Jalan Kali Besar Barat. Dipersimpangan jalan Kali Besar Timur 3 teruskan langkah ke kali besar barat hingga kebawah jalan tol pelabuhan. Teruskan langkah sepanjang kali atau melalui jalan didekatnya yaitu jalan kakap. Di jalan kakap Anda akan menemukan Galangan VOC. Di hadapan Galangan VOC anda akan menemukan Menara Syahbandar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar