Mungkin viewers bertanya kenapa saya harus
membahas hal- hal sejarah yang mungkin menurut sebagian orang membosankan? Hawa yang menyeramkan? Bukan
suatu hal yang menyegarkan mata, terkini, modern?
Saya pernah merasakan hal tersebut, dan
jawaban yang saya dapatkan setelah mendalami sedikit demi sedikit dalam
sejarah banyak kisah perjuangan dan memaknai hidup yang nantinya bisa di
aplikasikan dalam kehidupan saya yaitu “berjuang
untuk hidup dan hargai perjuangan itu”.
Selain itu, terlintas ada keinginan saya
untuk berandai –andai jika bisa hidup di zaman dulu dan merasakan berbagai kisah
atau peristiwa yang saya dengar dari
guru sejarah.
“Dari sinilah
kapal yang akan berlabuh diamati dan diberi tanda” Adolf Heuken
Sekilas
kalimat yang menggambarkan Bangunan yang didirikan pada zaman
penjajahan Belanda Tahun 1839 ini. Berdiri di antara ramai kesibukan
aktivitas Pasar Ikan dan Pelabuhan Sunda
Kelapa, Mampu mengawasi segala arah sebagaimana fungsi nya dimasa lalu sebagai
pos pengamatan lalu lintas laut baik yang menuju atapun yang meninggalkan
Pelabuhan Sunda Kelapa. Selain itu, menara ini
juga sebagai isyarat bagi kapal-kapal yang akan berlabuh. Sebab, di bagian
ujung menara terdapat bendera yang akan memberikan isyarat tertentu bagi kapal
– kapal tersebut.
DARI MENARA GOYANG HINGGA MENARA MIRING
Unik memang julukan yang diberikan oleh
warga sekitar. Alasan mengapa diberi julukan menara miring karena menara
Syahbandar didirikan di bekas tanah rawa yang kondisinya labil sehingga makin
lama membuat posisi menara menjadi miring. Mirip seperti Menara Pisa yang
berdiri miring beberapa derajat dari patokan garis vertikal. Pada saat
pengukuran tahun 2001, sudut kemiringan menara yang dibangun pada 1839 itu baru
mencapai 2°15′54″ ke arah selatan dan 0°15′58″ ke arah barat, tapi sekarang
mungkin sudah lebih miring lagi! Hal ini disebabkan oleh kondisi fondasi dan
tanah yang labil. Bagaimana dengan menara goyang? Kalau dua atau tiga kontainer
yang memuat alat-alat berat melewati jalan di depan menara, getarannya bakalan sangat heboh terasa oleh
orang-orang yang berada di dalam menara
sehingga disebut sebagai menara goyang, unik bukan ? namun tenang saja menara
masih dinyatakan aman kok untuk dikunjungi.
"Tempat ini adalah kantor pengukuran dan penimbangan
serta di sinilah
titik nol Batavia"
Menara Syahbandar, atau pada zaman Belanda
disebut sebagai Uitkijk Post ini, didirikan di bekas bastion
(benteng) Culemborg yang dibangun sekitar 1645 dan merupakan tembok kota
Batavia. Ketika Anda memasuki menara, tepat di bawah tangga terdapat sebuah
prasasti bertulisan Cina. Tulisan ini jika diartikan kira-kira berbunyi, "Tempat
ini adalah kantor pengukuran dan penimbangan serta di sinilah titik nol Batavia".
Nah, secara geografis, Menara Syahbandar di masa silam menjadi patokan titik 0
(Kilometer 0) Kota Jakarta. Namun, pada tahun '80-an patokan Kilometer 0
Jakarta kemudian dipindah ke Monumen Nasional (Monas).
RASAKAN
SENSASINYA!
Menara
syahbandar dibagi atas 3 bagian, lantai dasar sebagai pintu masuk ke menara,
lantai dua berisi ruangan kosong dan lantai paling atas ini bisa jadi spot
terbaik jika Anda ingin lebih merasakan suguhan pemandangan serta merasa
laiknya seperti pengawas yang mengawasi lalu lintas kapal di pelabuhan. Selesai
menikmati pemandangan tak ada salahnya mampir ke ruang dibawah lantai dasar
yang merupakan penjara bawah tanah sebagai tempat awak kapal yang
melanggar peraturan.
“Konon,
terdapat lorong bawah tanah yang bisa menembus hingga ke museum fatahillah dan
lebih jauh lagi hingga masjid istiqlal”
Sebagai bekas benteng, dilantai bawah
masih terdapat ruang bawah tanah untuk perlindungan dan pintu terowongan bisa
tembus hingga Fatahillah (Museum Fatahillah, dulu Stadhuis) bahkan kemungkinan
hingga Masjid Istiqlal karena dulu pernah ada Benteng Frederik Hendrik. Saat
ini pintu menuju terowongan sudah ditutup, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Merinding mengetahuinya, betapa niatnya Belanda membuat terowongan
yang begitu panjangnya, namun miris sekali bahwa itu semua dikerjakan oleh
orang pribumi yang mungkin dengan paksaan namun bisa ditarik kesimpulan dibalik penderitaan mereka sebenarnya
terdapat semangat untuk merdeka dari tangan penjajah walaupun mereka (warga
pribumi) tidak tahu kapan akan merdeka namun semangat juang mereka tidak pernah
luntur!
Jangan
khawatir Biaya yang dikenakan untuk masuk ke menara syahbandar terbilang sangat
terjangkau!
PERORANGAN
|
DEWASA
|
Rp. 2000
|
PELAJAR /
MAHASISWA
|
Rp.1000
|
ANAK –
ANAK
|
Rp.1000
|
ROMBONGAN
|
DEWASA
|
Rp.1500
|
PELAJAR /
MAHASISWA
|
Rp.750
|
ANAK –
ANAK
|
Rp.500
|
JAM
OPERASIONAL
|
SELASA –
MINGGU
|
09.00 –
15.00
|
SENIN DAN
LIBUR NASIONAL
|
TUTUP
|
So, Liburan
tak perlu mahal bukan?
BAGAIMANA
MENCAPAI MENARA SYAHBANDAR?
Transjakarta
Naik
transjakarta, lalu turun di stasiun kota, dari stasiun kota bisa naik mikrolet,
bajaj, ojek, sepeda ontel atau jalan kaki
Mikrolet
Di luar
stasiun kota, naik mikrolet (biru muda) dengan trayek nomor 15 atau bus mini
kopami (biru tua) trayek nomor 2. Kedua transportasi ini menuju kearah menara
Syahbandar, namun anda harus bilang ke sopir kearah “pasar ikan”, ongkos yang
mesti dikeluarkan kira – kira 2500 per orang baik untuk wisatawan atau orang
Indonesia. Waktu tempuh nya bisa 10 hingga 15 menit saja.
Sepeda
ontel
Jika ingin
lebih merasakan suasana masa lampau, bisa menggunakan jasa ojek sepeda ontel
ini dengan ongkos 5 ribu per orang, naik dari stasiun kota, waktu tempuhnya 5 –
15 menit tergantung kondisi lalu lintas, namun harus hati – hati .
Jalan kaki
Jika
dimulai dari melewati gedung Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia,
belok kiri dan menyebrangi jembatan di atas kali besar. Lalu belok kanan dan
telusuri Jalan Kali Besar Barat. Dipersimpangan jalan Kali Besar Timur 3
teruskan langkah ke kali besar barat hingga kebawah jalan tol pelabuhan.
Teruskan langkah sepanjang kali atau melalui jalan didekatnya yaitu jalan
kakap. Di jalan kakap Anda akan menemukan Galangan VOC. Di hadapan Galangan VOC
anda akan menemukan Menara Syahbandar.