Minggu, 10 November 2013
RUMAH ABU DI JAKARTA
Beside
praying, the Chinese family with same surname periodically gathered together
for keeping relationship among them. Sometimes they organize performing arts
that supported by local associations. Finally The Ashes Houses give another histories of Jakarta as well inform us about
our nation cultures that must be keep all the time.
Sabtu, 09 November 2013
KOTA INTAN DRAWBRIDGE
The famous bridge in Jakarta Old Town area.
Formerly the bridge was connecting between the elite area and the market area
which known as Chicken market bridge area /
jembatan pasar ayam. The bridge also connected between Dutch fortress (VOC) and
England fortress ( IEC). Once Kota Intan
bridge would automatic open when the ships were passing the canal under the
bridge. The ships which passing the canal are coming from another areas outside
Batavia and those ships brought spices also
various materials which stopped first at Sunda Kelapa Harbor then
entered Batavia City.
We turning back to histories, before the
name becomes Kota Intan draw bridge, there are
3 other names given for the
bridge that each of names had self
historical. Well, The first name was Chicken market bridge. The reason why the
bridge called as chicken market was the location of the bridge nears to
the market which exist there. Actually
the market consisted of sellers that sell many kind of daily need things but
most of them are chicken sellers. Cause of crowded activities of people which
also passed the bridge everytime. Local people finally named
the bridge as Chicken Market Bridge or Jembatan Pasar Ayam in bahasa.
The second name was England
bridge, why named it as England bridge? Because there were lots of
England people who lived near to the bridge area. It made local people named
the bridge from Chicken market to England bridge.
The third name was Juliana Bridge.
Who was Juliana? She was the queen from Dutch
who always passing the bridge for enjoying the views of canal and surroundings.
Queen Juliana always did that every morning and the other reason was her
behavior that really kindly to the people around bridge, giving nice smile and
say halo to the local people who lived around the bridge. That’s why local
people named the bridge as Juliana Bridge as an honour for the beautiful
behavior of the Queen Juliana.
The last one ‘til now is Kota Intan drawbridge.
In English is the bridge of the diamond city. The means of diamond city was
Batavia. Formerly Batavia had fortress in every sides as proctected functions
from any enemies outside of Batavia. The rumors said that
under of each fortress there was diamond, that’s why finally the bridge
named as Kota Intan Drawbridge. The other version of Kota Intan refers to the location
of the bridge nears to the Batavia Bastion Castle or known as Bastion Diamont.
If you pay attentions with the bridge’s
color is red. The ‘red’ also means something that if we back to the stories, areas
of Kota Intan Drawbridge was the place of Chinese’s lived. They thought that
red color describes of luck symbol and the color of victory.
Created
by : My Self
Pictures
: Google.com
Kamis, 24 Oktober 2013
TRUST ! TREM WAS HERE...
TREM IN HARMONI AREA (1954)
THE FIRST GAMBIR TRAIN STATION IN BATAVIA CITY (1939)
At middle of 20th century, the central of batavia was moved
to weltevreden, at koningsplein , now become medan merdeka field. There was
governor general palace and gambir train station exist here.
TREM AT KRAMAT - SALEMBA - BATAVIA (1900-1940)
KRAMAT BRIDGE - BATAVIA (1870 -1900)
Behind The man nears to the trees,
written the taylor’s name A.Kim
THE TREM PASSED "EIGUN HULP" SHOP AT THE WEST OF MOLLENVLIET - BATAVIA (1890- 1900)
HALL OF BATAVIA TRAIN STOP SECTIONS (1900-1940 )
BATAVIA CITY
Trem was used as the mass transportation which available on several
locations. Since 1899, The electric Trem was starting used. At the same year,
The haze trem was built in 2 big cities at the north sea of Java Island,
Semarang and Surabaya.
POSTSPAARBANK NEARS MOLLENVLIET - CENTER OF TREM IN BATAVIA -(1925)
POSTSPAARBANK BUILDING -BATAVIA (1925 - 1938)
Our Harmoni Building
Nama harmoni, memang tak asing bagi warga Jakarta. Namun tidak semua orang mengetahui asal mula nama Harmoni tersebut. Menoleh ke belakang pada saat kependudukan Belanda, Harmoni dikenal sebagai sebuah gedung tempat berkumpulnya masyarakat Belanda bernama Harmonie.
Gedung yang dibangun tahun 1810, kini menang sudah rata dengan tanah pada Maret 1982.
Posisi gedung, jika masih berdiri berada pojokan Jalan veteran dan Jalan Majapahit. Kini lahan bekas gedung itu menjadi bagian dari lahan parkir sekretariat negara.
"Memang gedung itu diratakan oleh pemerintah, dengan alasan untuk perluasan gedung sekretariat negera, kini jejak gedung itu pun sudah sirna," kata Kepala UPT Kota Tua Chandrian saat berbincang dengan VIVAnews, beberapa waktu lalu.
Dalam beberapa catatan sejarah disebutkan, pendirian gedung itu dipelopori oleh Reinier de Klerk tahun 1776. Semula bangunan tempat warga Belanda berpesta dibangun di Jalan Pintu Besar Selatan. "Biasanya orang Belanda kalau setiap malam akhir pekan selalu berkumpul dan pesta," ungkapnya.
Di tempat itu juga biasa para Noni Belanda, sebutan bagi perempuan Belanda.
Namun, lambat laun kawasan itu semakin jorok. Kemudian Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels memindahkan bangunan lebih ke selatan, di pojokan Jalan Veteran dan Jalan Majapahit.
Kawasan ini tak hanya mengingatkan orang pada Societeit de Harmonie, tapi sebuah hotel bernama Hotel des Indes, yang berdiri megah di sebelah tenggara gedung Harmoni. Hal inilah yang menguatkan Harmoni sebagai kawasan yang sibuk dan tak pernah 'mati'.
Menurut Chandrian, Hotel des Indes resmi beroperasi pada 1856 di tanah yang juga masih milik Reiner de Klerk. Sejarah juga merekam, hotel ini bisa sejajarkan dengan hotel Raflles di Singapura.
"Pada saat itu, hotel tersebut sudah megah dan bergensi. Hanya orang belanda dan kaum bangsawan yang menginap di sana," ungkapnya.
Kemegahan Hotel des Indes, kini sudah tak berbekas. Tak ada yang bisa diperlihatkan kepada generasi penerus.
Patung Hermes di dalam mitologi Yunani digambarkan sebagai dewa pelindung para pedagang.
Namun, patung yang menempel dijembatan itu adalah patung replika. Patung Hermes semp
at raib sekitar Agustus 1986. "Kita sempat kaget, karena patung itu jatuh oleh orang gila yang merusaknya. Tapi akhirnya bisa diamankan oleh dinas pertamanan saat itu," kenang Chandrian.
sumber : vivanews.com
Kamis, 17 Oktober 2013
Selasa, 15 Oktober 2013
MENARA SYAHBANDAR
Mungkin viewers bertanya kenapa saya harus
membahas hal- hal sejarah yang mungkin menurut sebagian orang membosankan? Hawa yang menyeramkan? Bukan
suatu hal yang menyegarkan mata, terkini, modern?
Saya pernah merasakan hal tersebut, dan
jawaban yang saya dapatkan setelah mendalami sedikit demi sedikit dalam
sejarah banyak kisah perjuangan dan memaknai hidup yang nantinya bisa di
aplikasikan dalam kehidupan saya yaitu “berjuang
untuk hidup dan hargai perjuangan itu”.
Selain itu, terlintas ada keinginan saya
untuk berandai –andai jika bisa hidup di zaman dulu dan merasakan berbagai kisah
atau peristiwa yang saya dengar dari
guru sejarah.
Baik kita mulai saja....
MENARA SYAHBANDAR
“Dari sinilah
kapal yang akan berlabuh diamati dan diberi tanda” Adolf Heuken
Sekilas
kalimat yang menggambarkan Bangunan yang didirikan pada zaman
penjajahan Belanda Tahun 1839 ini. Berdiri di antara ramai kesibukan
aktivitas Pasar Ikan dan Pelabuhan Sunda
Kelapa, Mampu mengawasi segala arah sebagaimana fungsi nya dimasa lalu sebagai
pos pengamatan lalu lintas laut baik yang menuju atapun yang meninggalkan
Pelabuhan Sunda Kelapa. Selain itu, menara ini
juga sebagai isyarat bagi kapal-kapal yang akan berlabuh. Sebab, di bagian
ujung menara terdapat bendera yang akan memberikan isyarat tertentu bagi kapal
– kapal tersebut.
DARI MENARA GOYANG HINGGA MENARA MIRING
"Tempat ini adalah kantor pengukuran dan penimbangan
serta di sinilah
titik nol Batavia"
Menara Syahbandar, atau pada zaman Belanda
disebut sebagai Uitkijk Post ini, didirikan di bekas bastion
(benteng) Culemborg yang dibangun sekitar 1645 dan merupakan tembok kota
Batavia. Ketika Anda memasuki menara, tepat di bawah tangga terdapat sebuah
prasasti bertulisan Cina. Tulisan ini jika diartikan kira-kira berbunyi, "Tempat
ini adalah kantor pengukuran dan penimbangan serta di sinilah titik nol Batavia".
Nah, secara geografis, Menara Syahbandar di masa silam menjadi patokan titik 0
(Kilometer 0) Kota Jakarta. Namun, pada tahun '80-an patokan Kilometer 0
Jakarta kemudian dipindah ke Monumen Nasional (Monas).
RASAKAN
SENSASINYA!
Menara
syahbandar dibagi atas 3 bagian, lantai dasar sebagai pintu masuk ke menara,
lantai dua berisi ruangan kosong dan lantai paling atas ini bisa jadi spot
terbaik jika Anda ingin lebih merasakan suguhan pemandangan serta merasa
laiknya seperti pengawas yang mengawasi lalu lintas kapal di pelabuhan. Selesai
menikmati pemandangan tak ada salahnya mampir ke ruang dibawah lantai dasar
yang merupakan penjara bawah tanah sebagai tempat awak kapal yang
melanggar peraturan.
“Konon,
terdapat lorong bawah tanah yang bisa menembus hingga ke museum fatahillah dan
lebih jauh lagi hingga masjid istiqlal”
Sebagai bekas benteng, dilantai bawah
masih terdapat ruang bawah tanah untuk perlindungan dan pintu terowongan bisa
tembus hingga Fatahillah (Museum Fatahillah, dulu Stadhuis) bahkan kemungkinan
hingga Masjid Istiqlal karena dulu pernah ada Benteng Frederik Hendrik. Saat
ini pintu menuju terowongan sudah ditutup, untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan. Merinding mengetahuinya, betapa niatnya Belanda membuat terowongan
yang begitu panjangnya, namun miris sekali bahwa itu semua dikerjakan oleh
orang pribumi yang mungkin dengan paksaan namun bisa ditarik kesimpulan dibalik penderitaan mereka sebenarnya
terdapat semangat untuk merdeka dari tangan penjajah walaupun mereka (warga
pribumi) tidak tahu kapan akan merdeka namun semangat juang mereka tidak pernah
luntur!
Jangan
khawatir Biaya yang dikenakan untuk masuk ke menara syahbandar terbilang sangat
terjangkau!
PERORANGAN
|
|
DEWASA
|
Rp. 2000
|
PELAJAR /
MAHASISWA
|
Rp.1000
|
ANAK –
ANAK
|
Rp.1000
|
ROMBONGAN
|
|
DEWASA
|
Rp.1500
|
PELAJAR /
MAHASISWA
|
Rp.750
|
ANAK –
ANAK
|
Rp.500
|
JAM
OPERASIONAL
|
|
SELASA –
MINGGU
|
09.00 –
15.00
|
SENIN DAN
LIBUR NASIONAL
|
TUTUP
|
So, Liburan
tak perlu mahal bukan?
BAGAIMANA
MENCAPAI MENARA SYAHBANDAR?
Transjakarta
Naik
transjakarta, lalu turun di stasiun kota, dari stasiun kota bisa naik mikrolet,
bajaj, ojek, sepeda ontel atau jalan kaki
Mikrolet
Di luar
stasiun kota, naik mikrolet (biru muda) dengan trayek nomor 15 atau bus mini
kopami (biru tua) trayek nomor 2. Kedua transportasi ini menuju kearah menara
Syahbandar, namun anda harus bilang ke sopir kearah “pasar ikan”, ongkos yang
mesti dikeluarkan kira – kira 2500 per orang baik untuk wisatawan atau orang
Indonesia. Waktu tempuh nya bisa 10 hingga 15 menit saja.
Sepeda
ontel
Jika ingin
lebih merasakan suasana masa lampau, bisa menggunakan jasa ojek sepeda ontel
ini dengan ongkos 5 ribu per orang, naik dari stasiun kota, waktu tempuhnya 5 –
15 menit tergantung kondisi lalu lintas, namun harus hati – hati .
Jalan kaki
Jika
dimulai dari melewati gedung Museum Bank Mandiri dan Museum Bank Indonesia,
belok kiri dan menyebrangi jembatan di atas kali besar. Lalu belok kanan dan
telusuri Jalan Kali Besar Barat. Dipersimpangan jalan Kali Besar Timur 3
teruskan langkah ke kali besar barat hingga kebawah jalan tol pelabuhan.
Teruskan langkah sepanjang kali atau melalui jalan didekatnya yaitu jalan
kakap. Di jalan kakap Anda akan menemukan Galangan VOC. Di hadapan Galangan VOC
anda akan menemukan Menara Syahbandar.
Selasa, 08 Oktober 2013
new comer
hi, everyone ...
akhirnya saya bisa juga masuk ke dunia blogger. awalnya saya bingung banget gimana bikin blog?.. ternyata agak rumit (haha maklumlah namanya juga pemula, lama - lama bakalan lihai!) well , blog ini khusus saya dedikasikan sebagai wadah informasi tentang "the old view of jakarta", kenapa? karena tingkat kesadaran akan sejarah mulai dari anak - anak hingga remaja sudah hampir hilang berkat masuknya berbagai hal yang bersifat modern dari dunia barat sana menyebabkan kata dan seluruh isi dari "sejarah" seakan lenyap tanpa jejak.
well, semoga beragam postingan yang saya berikan bisa membangkitkan lagi semangat mereka sang penerus bangsa untuk paling tidak mengenal sedikit sejarah yang sebenarnya tak ternilai harganya.
"Jas merah "
jangan sekali -kali melupakan sejarah"
Thanks and Enjoy the views of old jakarta
Handoko Dwi Saputro
x
Langganan:
Postingan (Atom)